Belanda Ungkap Sejarah Indonesia
Kunjungan Presiden ke
negeri kincir angin itu tertunda empat tahun karena menurut Juru Bicara
Kepresidenan Bidang Hubungan Luar Negeri, Teuku Faizasyah, Ratu Beatrix
sebenarnya telah melayangkan undangan pada 2006.
Kunjungan Presiden
Yudhoyono ke Belanda yang pertama kali sejak dua masa pemerintahan itu,
menurut Faiza, bermakna penting untuk menghilangkan beban sejarah,
sekaligus menandai kedewasaan hubungan kedua negara.
Faiza mengakui hubungan
bilateral Indonesia dengan bekas penjajahnya itu sampai saat ini
terganjal secara psikologis karena realitas sejarah yang dipandang
berbeda oleh kedua pihak.
Namun, Indonesia-Belanda
telah lama berupaya mempererat hubungan dengan menyamakan cara pandang.
Ditandai dengan kehadiran Menteri Luar Negeri Belanda Bernard Bot pada
perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus
2005.
Bernard Bot juga telah menyampaikan pengakuan secara de facto atas kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Pengakuan tertulis yang
akan ditandangani Presiden Yudhoyono dan Pemerintah Belanda awal Oktober
2010 itu, kata Faiza, telah lama dirundingkan kedua negara sejak 2009.
Pengakuan yang
diharapkan menghilangkan beban sejarah itu pun akan ditindaklanjuti
dengan penandatanganan perjanjiaan kemitraan komprehensif antara
Indonesia dan Belanda agar kedua negara semakin mempererat dan
memperluas kerjasama di masa depan.
"Yang signifikan adalah
penandatanganan perjanjian komprehensif. Karena kedua negara ini bisa
melihat ke depan, tidak lagi terseret-seret oleh beban sejarah dan
menunjukkan kedewasaan hubungan kedua negara," jelas Faiza.
Perjanjian kemitraan
komprehensif itu pun telah melalui masa persiapan cukup lama sejak
disepakati pada 13 Juni 2006 oleh menteri luar negeri kedua negara saat
itu, Hassan Wirajuda dari Indonesia dan Bernard Bot dari Belanda.
Saat itu kedua menteri
saling mengunjungi dan bertatap muka secara intensif guna menyusun
hubungan kedua negara yang berbagi sejarah cukup panjang di belakang,
namun ingin melongok jauh ke depan.
Perjanjian kemitraan
intensif bertujuan mengembangkan dan memperdalam berbagai aspek hubungan
bilateral antara Indonesia dan Belanda yang meliputi segala bidang,
mulai politik dan keamanan, ekonomi, hingga sosial budaya.
Bernard Bot saat itu
menilai perjanjian yang tercapai sebagai perubahan dalam hubungan antara
kedua negara untuk tidak lagi melihat ke belakang pada apa yang sudah
terjadi, melainkan memandang ke depan guna mencari tahu apa yang bisa
dilakukan guna memperbaiki hubungan yang sudah terjalin baik antara
Indonesia dan Belanda.
Bot kala itu juga
mengakui peran penting Indonesia dalam forum internasional sebagai
negara demokratis yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Indonesia merupakan
negara Islam terbesar dengan lembaga-lembaga demokratisnya. Ini
menandakan bahwa Islam adalah agama perdamaian, katanya.
"Apabila negara-negara
seperti Belanda dan Indonesia bisa bekerjasama, kami bisa menunjukkan
kepada negara-negara lain di dunia bahwa di masa mendatang kami ingin
membangun kerja sama antar agama. Selain itu, kami juga ingin
menunjukkan bahwa benturan antar peradaban itu tidak perlu," katanya.
Malah sebaliknya, Belanda bisa bekerjasama untuk dunia yang damai, tutur Bot ketika mengunjungi Indonesia pada 2006.
Atas peran Bot dalam
meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-Belanda selama menjabat Menlu
Belanda pada 2003-2007, pemerintah Indonesia pun menganugerahkan Bintang
Mahaputra kepada Bot pada Oktober 2009.
Penghargaan sejenis juga
diberikan Indonesia kepada dua warga Belanda lainnya pada kunjungan
Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda ke Den Haag pada Oktober 2009, yaitu
anggota Komisi Luar Negeri Belanda Hans Van Balen, dan Presiden
Organisasi Kemasyarakatan Jacques Zeno Brinj.
Hubungan Baik
Di bidang ekonomi,
Indonesia dan Belanda selama periode 2004-2008 berhasil menaikkan volume
perdagangan sebesar 17,38 persen meskipun sempat menyusut akibat krisis
keuangan global dari 4,142 miliar dolar AS pada 2008 menjadi 3,405
miliar pada 2009.
Pada 2008, Belanda
merupakan investor asing terbesar keempat di Indonesia setelah Inggris,
Jerman,dan Perancis dengan nilai 89,9 juta dolar AS yang meliputi 34
proyek.
Dalam pertemuan Komisi
Bersama Kerjasama Ekonomi Bilateral Indonesia-Belanda yang digelar pada
Maret 2010, kedua pihak sepakat mengatasi hambatan kerjasama perdagangan
dan investasi, khususnya peraturan yang diterapkan terhadap komoditi
Indonesia ke Belanda dan Uni Eropa serta mengatasi hambatan investasi
Belanda di Indonesia.
Dibukanya kembali rute
penerbangan Garuda Indonesia Jakarta-Amsterdam sejak 2010 diharapkan
memperlancar hubungan ekonomi kedua negara, sekaligus meningkatkan
potensi pariwisata.
Kerjasama tersebut melengkapi kemitraan Indonesia dan Belanda yang sangat intensif di bidang pendidikan.
Belanda memusatkan
kerjasama dengan Indonesia, salah satunya adalah di bidang pendidikan
dengan menyediakan dana sebesar 30,8 juta Euro untuk beasiswa pendidikan
tinggi pada periode 2006-2011. dengan cara itu, negeri kincir angin
tersebut menjadi salah satu tujuan utama mahasiswa Indonesia yang ingin
melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Bantuan itu masih
ditambah dengan dana yang disalurkan Belanda melalui Bank Dunia guna
memperbaiki pendidikan dasar dan meningkatkan kualitas kebijakan
pemerintah di bidang pendidikan yang pada 2006 saja nilainya
masing-masing 24 juta Euro dan 22 juta Euro.
Kebijakan Anti Islam
Belanda saat ini
mengalami perubahan konstalasi politik pasca Pemilu terakhir karena
partai berkuasa, yaitu Kristen Demokrat (CDA) hanya meraih posisi
keempat sebanyak 13,6 persen.
Posisi pertama diraih
Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) sebanyak 22,5 persen,
disusul Partai Buruh (PvDA) sebanyak 19,6 persen, dan Partai Kebebasan
(PVV) 15,5 persen.
Kesepakatan untuk
menyusun kabinet minoritas Belanda telah tercapai yang terdiri atas
anggota VVD dan CDA yang mendapatkan dukungan eksternal dari PVV
pimpinan tokoh kontoversial Geert Wilders yang selama ini dikenal
berhaluan antiIslam dan antiimigran.
Dengan demikian, kabinet
minoritas VVD-CDA harus bertopang pada dukungan PVV untuk mencapai
mayoritas di parlemen sehingga Wilders yang pernah menuai protes luas
akibat memproduksi film "Fitna" yang bernada antiIslam diperkirakan akan
mempengaruhi kebijakan pemerintahan Belanda.
Keterlibatan Wilders
dalam kabinet Belanda tidak hanya dikhawatirkan oleh kelompok Muslim di
Belanda, namun juga oleh Partai Buruh yang menilai kekuasaan PVV terlalu
besar dengan tanggung jawab yang tidak sepadan.
Sepekan sebelum
kunjungan Presiden Yudhoyono ke Belanda, Duta Besar Indonesia untuk
Belanda, Junus E Habibie, dalam wawancara yang dimuat surat kabar
terkemuka Belanda, "Financieele Dagblad," menyatakan kekhawatirannya
atas keterlibatan Wilders dalam kabinet Belanda.
Apabila Kabinet baru
Belanda itu mengikuti garis politik yang keras terhadap Islam, kata
Habibie, maka hal tersebut bisa mempersulit hubungan dengan Indonesia.
Pernyataan Habibie itu menyulut kemarahan Wilders yang mengatakan seorang duta besar tidak pantas mengutarakan hal tersebut.
Wilders pun mendesak
Menteri Luar Negeri demisioner Maxime Verhagen guna mempertanyakan
kepada Habibie apakah pernyataan tersebut bersifat pribadi atau mewakili
Pemerintah Indonesia.
"Jika benar itu atas
nama pemerintah Indonesia, harus ada konsekuensi diplomatik yang diambil
supaya orang Indonesia tidak terlalu nyaring bernyanyi," kata Wilders
dalam Financieele Dagblad.
Verhagen pun menemui
Habibie yang menghasilkan persetujuan bahwa Habibie menarik kembali
pernyataannya dan agar kedua pihak tidak membesar-besarkan masalah
tersebut.
Faiza pun mengatakan
polemik antara Habibie dan Wilders telah berakhir dan sama sekali tidak
mempengaruhi rencana kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono pada 6-9
Oktober 2010 karena pemerintah Belanda amat menantikan kedatangan
Yudhoyono dan telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambutnya.
0 Response to " Belanda Ungkap Sejarah Indonesia "
Posting Komentar
Alangkah Senangnya Kami Apabila Anda Mau Meluangkan Waktu Anda Untuk Berkomentar Di Postingan Kami Ini, Karena Akan MemperERAT tali persahabatan Dan Persaudaraan...
Berkomentar Lah Dengan Baik Dan Bijak....
...Terimakasi...