Sejarah Dinasti Ayyubiyah
Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni yang berkuasa di Dyar Bakir hingga
tahun 1429 M. Dinasti ini didirikan oleh Salahuddin al Ayyubi, wafat
tahun 1193 M (Glasse, 1996:143). Ia berasal dari suku Kurdi Hadzbani,
putra Najawddin Ayyub, yang menjadi abdi dari putra Zangi bernama
Nuruddin. Keberhasilannya dalam perang Salib, membuat para tentara
mengakuinya sebagai pengganti dari pamannya, Syirkuh yang telah
meninggal setelah menguasai Mesir tahun 1169 M. Ia tetap mempertahankan
lembaga–lembaga ilmiah yang didirikan oleh Dinasti Fathimiyah tetapi
mengubah orientasi keagamaannya dari Syiah menjadi Sunni (Yatim,
2003:283).
Penaklukan atas Mesir oleh Salahuddin pada 1171 M, membuka jalan bagi
pembentukan madzhab-madzhab hukum sunni di Mesir. Madzhab Syafi’i tetap
bertahan di bawah pemerintahan Fathimiyah, sebaliknya Salahuddin
memberlakukan madzhabmadzhab Hanafi (Lapidus, 1999:545). Keberhasilannya
di Mesir tersebut mendorongnya untuk menjadi penguasa otonom di Mesir.
Najmudin Ayub adalah seorang yang berasal dari suku Kurdi Hadzbani dan
menjadi panglima Turki 1138 M, di Mosul dan Aleppo, dibawa pemerintahan
Zangi Ibnu Aq-Songur. Demikian juga adiknya Syirkuh, mengabdi pada
Nuruddin, putra Zangi 1169 M. Syirkuh berhasil mengusir raja Almaric
beserta pasukan salibnya dari Mesir. Kedatangan Syirkuh ke Mesir karena
undangan Khalifah Fatimiyah untuk menggusir Almaric yang menduduki
Kairo. Setelah Syirkuh meninggal 1169 M digantikan Shalahuddin
(kaponakannya) sebagai pemimpin pasukan. Pertama-tama ia masih
menghormati simbol-simbol Syi’ah pada pemerintahan Al-Adil Lidinillah,
setelah ia diangkat menjadi Wazir (Gubernur). Tetapi setelah al-Adil
meninggal 1171 M, Shalahuddin menyatakan loyalitasnya kepada Khalifah
Abbasiyah (al-Mustadi) di Bagdad dan secara formal menandai berakhirnya
rezim Fatimiyah di Kairo.
Keberhasilan Shalahuddin di Mesir mendorongnya menjadi penguasa otonom.
Dalam mengkosolidasikan kekuatannya, ia banyak memanfaatkan keluarganya
untuk ekspansi ke wilayah lain, seperti Turansyah. Saudaranya dikirim
untuk menguasai Yaman 1173 M. Taqiyuddin, keponakannya disetting untuk
melawan tentara Salib yang menduduki Dimyat. Sedang Syihabuddin,
pamannya, untuk menduduki Mesir Hulu (Nubia). Kematian Nuruddin 1174 M
menjadikan posisi Shalahuddin semakin kuat, yang akhirnya
memudahkan penaklukan Siria, termasuk Damaskus, Aleppo dan Mosul.
Akhirnya pada 1175 M, ia diakui sebagai sultan atas Mesir, Yaman dan
Siria oleh Khalifah Abbasiyah.
Di masa pemerintahan Shalahuddin, ia membina kekuatan militer yang
tangguh dan perekonomian yang bekerja sama dengan penguasa Muslim di
kawasan lain. Ia juga mambangun tembok kota sebagai benteng pertahanan
di Kairo dan bukit Muqattam. Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan
barbar, Turqi dan Afrika. Disamping digalakkan perdagangan dengan
kota-kota dilaut tengah, lautan Hindia dan menyempurnakan sistem
perpajakan. Atas dasar inilah, ia melancarkan gerakan ofensif guna
merebut al-Quds (Jerusalem) dari tangan tentara Salib yang dipimpin oleh
Guy de Lusignan di Hittin, dan menguasai Jerusalem tahun 1187 M. Inipun
tetap tak merubah kedudukan Shalahuddin,sampai akhirnya raja inggris
Richard membuat perjanjian genjatan senjata yang dimanfaatkannya untuk
menguasai kota Acre. Sampai ia meninggal (1193 M), Shalahuddin
mewariskan pemerintahan yang stabil dan kokoh, kepada
keturunan-keturunannya dan saudaranya yang memerintah diberbagai kota.
Yang paling menonjol ialah al-Malik al-Adil (saudaranya), dan
keponakannya al-
Kamil, mereka berhasil menyatukan para penguasa Ayubi lokal dengan memusatkan pemerintahan mereka di Mesir.
Namun pada masa pemerintahan al-Kamil Dinasti Ayubiyah bertempat di
Diyarbar dan al-Josiah, mendapat tekanan dari Dinasti Seljuk Rum dan
Dinasti Khiwarazim Syah, kemudian al-Kamil mengembalikan Jerusalem
kepada kaisar Frederick II yang membawa damai dan keberuntungan ekonomi
besar bagi Mesir dan Siria. Hiduplah kembali perdagangan dengan kekuatan
KRISTEN Mediterrania. Setelah al-Kamil meninggal (1238 M) Dinasti
Ayubiyah terkoyak oleh pertentangan-pertentangan intern. Pada
pemerintahan Ash-Shalih serangan Salib 6 dapat diatasi, yang pemimpinya
raja Prencis St. Louis ditangkap, tetapi kemudian pasukan budak (Mamluk)
dari Turki merebut kekuasaan di Mesir. Ini secara otomatis mengakhiri
pemerintahan Ayubiyah keseluruhan.
Langkah-Langkah Yang Dilakukan Salahuddin.
a. Melancarkan jihad terhadap tentara-tentara Salib di Palestina
b. Mempersatukan tentara Turki, Kurdi, dan Arab di jalan yang sama.
Dari Mesir, Shalahuddin juga dapat menyatukan Syiria dan Mesopotamia
menjadi sebuah kesatuan negara Muslim. Pada tahun 1174 ia merebut
Damascus, kemudian Alippo tahun 1185, dan merebut Mosul pada 1186.
Setelah kukuh kekuasaannya Shalahuddin melancarkan gerakan ofensif guna
mengambil alih al-Quds (Jerussalem) dari tangan tentara tanpa banyak
kesulitan. Ini berarti Jerussalem sekali lagi menjadi Muslim setelah
delapan puluh tahun, dan orang-orang Frank tersingkirkan, meskipun hanya
untuk sementara. Usaha besar-besaran telah dilakukan pasukan Salib dari
Inggris, Perancis, dan Jerman antara tahun 1189 – 1192 M, namun tidak
berhasil mengubah kedudukan Salahuddin. Setelah perang berakhir,
Salahuddin memindahkan pusat pemerintahan ke Damascus.
Perjuangan Setelah Salahuddin.
Perjuangan Shalahuddin dalam merealisasikan tujuan-tujuan utamanya yaitu
mengeluarkan kaum Salib dari Baitul Maqdis dan mengembalikan pada
persatuan umat
Islam, telah menghabiskan kekuatannya dan mengganggu kesehatannya. Ia
meninggal dan dimakamkan di Damaskus pada tahun 1193 M, setelah 25 tahun
memerintah.
Sebelum meninggal, ia membagikan kekaisaran Ayyubiyah kepada para
anggota keluarga. Karena itu pengendalian dari pusat tetap berada di
bawah kekuasaan Al-‘Adl dan Al-kamil, sampai Al-Kamil meninggal. Di
bawah kedua sultan ini, kebijaksanaan aktivis Shalahuddin memberikan
tempat sebagai hubungan detente dan damai dengan orang-orang Frank.
Setelah kematian Shalahuddin, Ayyubiyah melanjutkan pemerintahan Mesir
dan pemerintahan Syiria (sampai tahun 1260 M). Keluarga Ayyubiyah
membagi imperiumnya
menjadi sejumlah kerajaan kecil Mesir, Damaskus, Alleppo, dan kerajaan
Mosul sesuai dengan gagasan Saljuk bahwa negara merupakan warisan
keluarga raja. Meskipun demikian, Ayyubiyah tidak mengalami perpecahan,
karena dengan loyalitas kekeluargaan Mesir diintegrasikan berbagai
imperium. Mereka menata pemerintahan dengan system birokrasi masa lampau
yang telah berkembang di negara-negara Mesir dan Syiria melalui
distribusi iqta’ kepada pejabat-pejabat militer yang berpengaruh.
Ayyubiyah secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa
kekuatan pasukan Salib. Mereka lebih memprioritaskan untuk
mempertahankan Mesir karena kesatuan mulai melemah. Pada tahun 1229 M
Ayyubiyah menegosiasikan sebuah perjanjian dengan Fedrick II. Ini adalah
puncak kebijaksanaan baru, dan pada periode damai inilah membawa
keuntungan ekonomi yang besar bagi Mesir dan Syiria, termasuk hidupnya
kembali perdagangan dengan kekuatan-kekuatan KRISTEN Mediterania
(Bosworth, 1993:87) .
Kemunduran Dinasti Ayyubiyah.
Sepeninggal Al-Kamil tahu 1238 M, Dinasti Ayyubiyah terkoyak oleh
pertentanganpertentangan intern. Serangan Salib keenam dapat diatasi,
dan pimpinannya, Raja Perancis St. Louis ditangkap. Namun pada tahun
1250 M keluarga Ayyubiyah diruntuhkan oleh sebuah pemberontakan oleh
salah satu resimen budak (Mamluk)nya, yang membunuh penguasa terakhir
Ayyubiyah, dan mengangkat salah seorang pejabat Aybeng menjadi sultan
baru. Keruntuhan ini terjadi di dua tempat, di wilayah Barat Ayyubiyah
berakhir oleh serangan Mamluk, sedangkan di Syiria dihancurkan oleh
pasukan Mongol (Glasse, 1996:552). Dengan demikian berakhirlah riwayat
Ayyubiyah oleh Dinasti Mamluk. Dinasti yang mampu mempertahankan pusat
kekuasaan dari serangan bangsa Mongol.
Kemajuan-Kemajuan Yang Diperoleh dan Peninggalan Dinasti Ayyubiyah.
Sebagaimana Dinasti-Dinasti sebelumnya, Dinasti Ayyubiyah pun mencapai
kemajuan yang gemilang dan mempunyai beberapa peninggalan bersejarah.
Kemajuan-kemajuan itu mencakup berbagai bidang, diantaranya adalah :
a. Bidang Arsitektur dan Pendidikan
Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai kota
pendidikan. Ini ditandai dengan dibangunnya Madrasah al–Shauhiyyah tahun
1239 M sebagai pusat pengajaran empat madzhab hukum dalam sebuah
lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar al Hadist al-Kamillah juga dibangun
(1222 M) untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat
diberbagai madzhab hukum sunni. Sedangkan dalam bidang arsitek dapat
dilihat pada monumen Bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip
gereja, serta istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
b. Bidang Filsafat dan Keilmuan
Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath yang telah diterjemahkan,
karya-karya orang Arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan
bidang kedokteran. Di bidang kedokteran ini telah didirikan sebuah rumah
sakit bagi orang yang cacat pikiran.Dinasti Ayyubiyah akhirnya berhasil
merebut Mesir dari tangan Fathimiyyah. Dinasti ini didirikan oleh Salah
Al Din Al-Ayyubi, seorang Kurdi yang beraliran Sunni. Ketika Ayyubiyah
dibawah kekuasaannya perkembagangan yang dialami cukup pesat. Baik
dibidang industri, pertanian, perdagangan, pendidikan, arsitektur,
militer, dan filsafat serta keilmuan. Sedangkan peninggalan yang
terpenting adalah Dar al Hadits Al Kamiliyah yang dibangun pada tahun
1222 M untuk mengajarkan pokok-pokok hukum yang secara umum terdapat
diberbagai madzhab hukum sunni. Keberhasilannya yang gemilang adalah
dapat menumpas tentara-tentara Salib dan mempersatukan kembali umat
Islam di jalan yang sama. Kondisi ini tidak berlangsung lama,
sepeninggal Salahuddin karena demam yang dideritanya tahun 1193 M
, Ayyubiyah mulai menampakkan kemunduran. Dinasti ini mulai terkoyak
oleh perselisihan intern keluarga sepeninggal Al-Kamil. Pada saat itu
pemberontakan yang dilakukan oleh budak (Mamaliknya). Resimen inilah
yang akhirnya dapat menaklukkan Ayyubiyah di bagian Barat pada tahun
1250 M. Sedangkan Ayyubiyah di Syiria ditaklukan oleh Mongol.
Jika Agan Ada Tugas Silakan Download Ms.Word Di Bawah Ini :
Jika Agan Ada Tugas Silakan Download Ms.Word Di Bawah Ini :
0 Response to " Sejarah Dinasti Ayyubiyah "
Posting Komentar
Alangkah Senangnya Kami Apabila Anda Mau Meluangkan Waktu Anda Untuk Berkomentar Di Postingan Kami Ini, Karena Akan MemperERAT tali persahabatan Dan Persaudaraan...
Berkomentar Lah Dengan Baik Dan Bijak....
...Terimakasi...